Selamatnya aku bisa hidup berterus terang, namun baru kali ini rasanya mulutku begitu kelu saat aku ingin mengutarakan berjuta rasaku.
Bukan apa-apa, hanya ingin bicara perihal yang sudah lama ku pendam dari tahun-tahun yang lalu.
Jadi, kalau saja aku sanggup mengatakan, sebenarnya, aku telah lama kagum padamu. Tepat sebelum seperempat windu umurmu, aku berharap bisa kelak datang padamu, mengatakan perihal kesungguhanku untuk hidup bersama denganmu.
Sebenarnya akhir-akhir ini ketakutanku jauh lebih banyak, khawatirku lebih berisik di kepalaku; lagi-lagi tentang kamu. Jadi begini, Aku tahu, ini bukan ajang balap lari atau yang sejenisnya, aku hanya khawatir aku melewatkan dirimu. Sementara aku dengan diriku masih jauh dari kata cukup dan sanggup, dan ini bukan karena aku merasa inferior, begitulah aku keras berfikir dan beringin untuk memberikan segala hal yang baik dan yang terbaik buat dirimu.
Ratusan hari telah dilalui dan ribuan orang telah kau temui. Buatku agak mustahil seorang sepertimu tak ada yang mengagumi. Kamu; Baik, lembut, manis, penyayang, juga cantik. Pintar. Defenisi keindahan yang orang-orang pasti akan mampu melihatnya, dan sorot matamu benar-benar sempurna dimataku, atau ini hanya aku?
Aku ingin mencintaimu dalam senyapku dulu. Proposal doaku, tentang ingin hidup bersama denganmu. Isinya, berbagai cara bahagia dan membahagiakanmu–yang akan rapih ku rancang. Itu usahaku, sisanya, biar tuhan yang putuskan.